Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang menunjukkan jalan kebajikanmaka ia memperoleh pahala (seperti pahala) orang yang melaksanakannya.”(Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban) Menunjukkan jalan kebajikan adalah salah satu tugas dakwah. Tentu sajatujuannya untuk mengajak orang-orang melakoni kebajikan itu. Tetapi ingat,mengajak tidak cukup dengan bunga-bunga kata. Seseorang yangmengkampanyekan kebajikan haruslah menjadi pelopor kebajikanitu sendiri. Karena, tidak semua objek dakwah berprinsip “dengar perkataannya,bukan lihat siapa yang mengatakan”. Masih banyak yang menilai sesuatu itubenar atau salah, menerima atau menolak dakwah dengan merujuk padaapa yang ia lihat pada si juru dakwah. Jika rasa simpati dan cinta manusiaterhadap diri dai merupakan salah satu kunci keberhasilan dakwah, makamewujudkannya dalam diri dai adalah bagian dari dakwah itu sendiri. Ada Beberapa cirri pelopor dai di antaranya adalah:
a. Berlapang Dada.
Berlapang dada dalam merespon kesalahan-kesalahan terutama yang“merugikan” diri penyeru merupakan pintu gerbang penting bagihadirnya kecintaan. Allah swt. berfirman: “Mereka harus memaafkandan berlapang dada. Tidakkah kamu ingin bahwa Allah mengampunimu?Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nur: 22)
Sikap memaafkan ini tentu saja akan membuat hati menjadi lembut.“Islam menjadikan sikap pemaaf dan berlapang dada sebagai salah satujalan tarbiyah. Sikap itu dapat membersihkan hati dari dengki dankecenderungan- kecenderungan buruk lainnya. Dengan demikianmeningkatlah keyakinan seorang muslim dan semakin sempurnalahkeimanannya,” kata Musthafa Abdul-Wahid dalam SyakhshiyyatulMuslim Kama Yushawwiruhal Quran.
b. Mencintai karena Allah.
Untuk meraih cinta yang tulus adalah dengan mewujudkan cinta yang tulus.Cinta palsu hanya akan melahirkan cinta gombal. Oleh karena itu, landasaninteraksi seorang dai dengan mad’unya hanyalah landasan cinta karenaAllah swt. Anas bin Malik mengatakan, “Aku sedang duduk-duduk di sisiRasulullah saw. tiba-tiba seorang laki-laki lewat. Seseorang dari yangsedang duduk bersama Rasulullah saw. mengatakan, ‘Ya Rasulullah saw.aku mencintai orang itu.’ Rasulullah saw. mengatakan, ‘Sudahkah kamumenyatakannya kepadanya?’ Orang itu menjawab, ‘Belum.’Kata Rasulullah saw., ‘Bangunlah dan nyatakanlah kepadanya.”Maka orang itu bangkit menuju ke arahnya seraya mengatakan,‘Uhibbuka fillah (aku mencitaimu karena Allah).’ Orang itu menjawab,‘Ahabbakal-ladzi ahbatani lahu (semoga mencintaimu pula (Allah)Yang karena-Nya kamu mencitaiku’.” (Hadits riwayat Ahmad)
c. Silaturahim
Allah swt. berfirman: “Dan orang-orang yang menyambungkanapa-apa yang Allah perintahkan untuk disambungkan, merasa takutkepada Rabb mereka dan merasa takut akan buruknya penghitungan.”(Ar-Ra’d: 21) Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk menjalin hubungandengan orang yang memutuskannya dengan kita. Rasulullah saw.juga bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskanhubungan, yakni memutuskan hubungan rahim (kekeluargaan) .”(Muttafaq ‘alaih) Selain besar pahalanya, silaturahim juga mendatangkan banyak manfaatbagi seorang dai. Misalnya, memahami kondisi mad’u. Dengan demikian,bisa mengenali problem yang dihadapinya. Paling tidak dai dapat memberikanempati kepadanya dan hal itu akan meringankan beban penderitaannya.Akan lebih baik lagi bila ia bisa melakukan sesuatu yang konkret yangdapat dirasakan oleh si mad’u.
d. Menebar Senyum
Menampilkan wajah ceria dan senyum adalah amal shalih yang ringanuntuk dilaksanakan, tapi punya nilai mulia di sisi Allah dan pengaruhbesar pada manusia. Rasulullah saw bersabda, “Janganlah engkaumeremehkan kebaikan sekecil apa pun, walaupun hanya bisa menemuisaudaramu dengan wajah ceria.” (Muslim). Sebab, “Senyummu di hadapanwajah saudaramu adalah shadaqah.” (Ibnu Hibban)
e. Jauhi kesombongan
Seorang yang sedang mengkampanyekan kebajikan boleh saja menampilkanhal-hal baik yang pernah dilakukannya, sebagai upaya tahadduts binni’mah(menceritakan kenikmatan). Akan tetapi, ia harus berupaya untuk menjauhiriya dan kesombongan. Qatadah mengatakan, “Siapa yang diberi harta, atau ketampanan (kecantikan) ,atau pakaian, atau ilmu kemudian tidak bersikap tawadhu’ maka semua ituakan menjadi kebinasaan bagi dirinya pada hari kiamat.”
f. Hati-hati dalam berjanji.
Membuat janji secara akurat dan tidak mengobralnya. Melanggar janjiakan membuat Allah marah dan menyebabkan manusia kecewa sertakehilangan kepercayaan. Oleh karena itu agar kita termasuk orang yangmelanggar janji, membuat janji secara cermat dan akurat adalah pilihanyang tepat. Daripada mengumbar janji, lebih produktif menampilkan bukti-bukti. Jangan sampai kita terjebak untuk menyaingi atau mengimbangi janji-janji para penyeru kebusukan dengan janji busuk serupa. Keseriusan dalam memperbaiki keadaan umat dapat dilihat dari sejauh mana para dai dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan di dalam kehidupannya.Memang untuk konsisten dalam kebenaran memerlukan stamina ekstra.Karena, penegak nilai-nilai kebenaran dan keadilan akan selalu berhadapan dengan pemelihara kezhaliman. Orang yang berusaha hidup bersih dari korupsi akan berhadapan langsung dengan orang yang membangun kejayaan dengan korupsi.
Allahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar